Pernahkah Anda berfikir bahwa sabut kelapa juga eksis di perdagangan Internasional?
Mungkin banyak orang yang belum tahu bahwa sabut kelapa juga bisa di ekspor, lho! Pernah dianggap sebagai limbah, sabut kelapa justru dimanfaatkan orang luar sebagai bahan dasar untuk jok mobil ataupun sebagai pupuk tanaman.
Sabut merupakan bagian mesokarp (selimut) kelapa, berupa serat-serat kasar. Sabut biasanya menjadi limbah yang hanya ditumpuk di bawah tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya paling banyak hanyalah untuk kayu bakar. Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset. Padahal sabut masih memiliki nilai ekonomis cukup baik. Sabut kelapa diolah menghasilkan serat sabut (cocofibre) dan serbuk sabut (cococoir). Namun produk inti dari sabut adalah serat sabut.
Diambil dari data www.pertanian.go.id/ menuliskan bahwa ekspor serabut kelapa mencapai 1,5 ribu ton senilai Rp 8 miliar dengan negara tujuan terbanyak adalah Cina. Kemudian diikuti pelanggan pasar global lain yakni negara Jepang, Korea Selatan, Sri Lanka hingga Jerman. Di Jerman, sejumlah perusahaan otomotif menggunakan sabut kelapa sebagai salah satu bahan baku jok mobil. Selain itu, sabut kelapa dimanfaatkan sebagai bahan dasar kerajinan, bahan bakar, pupuk organik dan briket, serta sebagai komponen alat penyaring air.