Satu tahun sudah pandemi covid-19 berpijak di dunia. Sejak kemunculannya di desember 2019 lalu, manusia berusaha keras mencari perlindungan diri. Masker adalah salah satu perlindungan diri paling utama yang dibutuhkan. Sejak datangnya pandemic covid-19 di Indonesia, masyarakat sempat merasakan ‘panic buying’;membeli masker dalam jumlah yang berlebihan. Hal itu menyebabkan ketersediaan masker semakin langka. Namun seiring berjalannya waktu, banyak perusahaan konveksi yang turut andil memproduksi masker hingga ketersediaan masker tetap terus ada.
Hadirnya masker kain menjadi solusi bagi masyarakat. Dikutip dari detik.com, dikisahkan seorang pengusaha masker kain yang sukses raih cuan hingga 200 Juta/Bulan. Winarti Handayani, adalah seorang founder Kamalika Artprints yang memanfaatkan kain menjadi masker dengan berbagai motif juga warna yang beragam. Hal itu juga mendorong orang-orang untuk mix and match masker sesuai dengan pakaian yang dikenakan.
Kamalika Artprints berdiri di tahun 2011. Sebelumnya, perusahaan itu memproduksi tote bag, pouch, kartu, dan wall art. Mereka juga selalu menggelar pameran koleksi Natal dan Tahun Baru setiap tahunnya. Bertepatan dengan peluncuran toko offline Kamalika Artprints di Tokopedia, Winarti juga mulai memproduksi item wearable dengan memproduksi masker kain. Menariknya, di awal produksi, maskernya telah mendapat banyak tanggapan positif. Bahkan, ia mengaku sempat kewalahan karena banyaknya permintaan, di tambah saat itu Winarti hanya mempekerjakan tim kecil.
Mengingat banyaknya permintaan masker, Winarti akhirnya memberlakukan sistem pre-order dan hanya menerima orderan sesuai dengan jumlah yang mampu diproduksi oleh tim. Hanya dengan tiga desain masker pada saat itu, ia bisa mendapatkan total 750 transaksi dalam satu hari.
Melalui Tokopedia, Winarti mengatakan penjualan kini melonjak, bahkan lebih tinggi dari sebelum pandemi. Ia menjelaskan lewat penjualan di Tokopedia, dirinya bisa menghasilkan sekitar Rp 180 – Rp 200 juta per bulan. Ia mengatakan jumlah tersebut meningkat drastis dibandingkan dengan periode sebelum pandemi. Adapun saat itu rata-rata penjualan dari setiap toko offline-nya hanya berkisar Rp 50 – 60 juta per bulan.
Badan Pusat Statistik juga mencatat masker menjadi salah satu barang yang mengalami peningkatan ekspor, yakni US$ 72 juta pada Februari 2020.