Kontainer atau peti kemas adalah tempat yang didesain special dengan ukuran spesifik yang bisa digunakan berkali-kali, serta dapat digunakan untuk menyimpan sekaligus mengangkut muatan yang berada didalamnya. Kontainer biasanya digunakan dalam moda transportasi kargo (kapal laut,truk,kereta api) sehingga barang bisa diangkut dengan cepat, aman, serta efektif.
Belakangan terakhir ini, ketersediaan container semakin menipis. Mengutip dari ekonomibisnis.com, Ketua Umum ALI (Asosiasi Logistik Indonesia) Zaldy Ilham Masita menuturkan kontainer terbatas terjadi di seluruh dunia karena belum pulihnya perdagangan dunia sebagai dampak pandemi Covid-19 sehingga terjadi ketidakberimbangan aliran kontainer secara internasional.
Kelangkaan container ini tentunya mempengaruhi berlangsungnya kegiatan ekspor dan impor. Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan imbas kelangkaan container ini menyebabkan ekspor sejumlah komoditas terlambat. Biasanya pengusaha hanya perlu waktu satu minggu untuk memesan kontainer, tetapi kini membengkak menjadi dua bulan.
Akibat langkanya kontainer ini berimbas pada naiknya ongkos kirim kontainer yang mencapai 50%-200%. Sehingga eksportir harus melakukan negosiasi ulang dengan buyer karena kenaikan biaya kirim dan kelangkaan yang terjadi.
Selain ekspor, kelangkaan kontainer yang berkepanjangan ini juga dinilai punya potensi bahaya karena dapat mengerek harga komoditas yang diimpor Indonesia. Belum lagi 73,25 persennya oleh bahan baku untuk industri dalam negeri.
Hal ini juga berimbas pada pelaku usaha di Go Export. Para eksportir merasa cemas akan kegiatan yang melibatkan usahanya. Apalagi, virus covid-19 tidak pasti kapan akan berakhir.
Tetapi, hal ini ditenangkan oleh pemerintah dengan upaya melobi sejumlah perusahaan perkapalan. Kemendag tengah mengkaji insentif untuk meringankan biaya kargo laut bagi produk UMKM yang pasti terbebani dengan kenaikan harga container. Sementara solusi jangka panjangnya adalah mengurangi ketergantungan Indonesia pada rute perdagangan regional yang saat ini harus melalui Singapura lebih dulu sebelum mencapai negara tujuan sebenarnya. Perlu ada perbaikan infrastruktur agar Indonesia juga menjadi rute alternatif.