Kegiatan Ekspor- Impor Indonesia dengan negara lain tidak hanya mencakup tentang produk makanan, minuman, furniture, ataupun peralatan kantor tapi juga mencakup bahan kain atau tekstil. Tekstil dari Indonesia sudah berhasil dikirim ke berbagai negara. Lalu bagaimanakah perkembangan ekspor tekstil Indonesia di masa pandemic ini?
Kementerian Perdagangan mencatat ekspor produk tekstil Indonesia ke Turki anjlok sebesar 49,79 persen sepanjang periode Januari-Agustus 2020, dibandingkan periode yang sama tahun 2019 menjadi senilai USD 168,9 juta. Pandemi Covid-19 menjadi pukulan telak bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Industri TPT bahkan dinilai tidak akan mampu bertahan hingga akhir 2020. Pasar produk tekstil di dunia masih dikuasai oleh China yang memegang lebih dari 50% pangsa pasar. Bahkan di posisi kedua yaitu India hanya berkontribusi terhadap 5% pangsa pasar dunia. Sedangkan Indonesia hanya mampu berkontribusi terhadap sekitar 1,5% pasar produk tekstil.
Berdasarkan data BPS, lebih dari 60% ekspor produk tekstil Indonesia adalah pakaian jadi. Sedangkan 35% merupakan ekspor serat dan benang, dan sisanya berupa kain. Sayangnya, di sektor pakaian jadi ini, produk Indonesia masih kalah jauh daripada negara-negara pesaing. Ini terbukti dengan Indonesia yang pada tahun 2018 hanya menempati posisi ke-14 dalam ekspor pakaian jadi (HS Code 61) dengan nilai 4 miliar USD (setara 56 triliun Rupiah) dengan pangsa pasar hanya 1.7%. Posisi Indonesia kalah jauh dengan Bangladesh dan Vietnam, di posisi kedua dan ketiga, yang mampu mengekspor pakaian jadi dengan nilai masing-masing 20.1 miliar USD dan 13.6 miliar USD. Penguasa pasar ekspor pakaian jadi masih China dengan nilai 70 miliar USD.
Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia Rizal T Rakhman menyebut kondisi industri tekstil nasional perlahan kembali meningkat. Sebelumnya, di masa awal pandemi Covid-19 industri ini mengalami pukulan yang cukup dalam. Rizal menjelaskan, kondisi industri tekstil di tengah pandemi mulai dari Februari 2020 hingga saat ini sebetulnya masih dalam tekanan yang cukup berat, tapi sejak bulan Juli kondisinya mulai berangsur lebih baik daripada bulan Mei dan Juni.
Meskipun perdagangan belum normal, dia menyebut situasi saat ini bisa memicu kondisi untuk lebih baik. Tetapi, kondisi saat ini belum seutuhnya performnya sesuai yang diinginkan karena daya beli yang turun.